Ramadhan TIBA (lagi)

Gemuruh suara adzan terdengar hingga perjuru ladang padi yang mulai mengering. Padi yang hanya menyisakan daun kering coklat, hanya nampak beberpa batang saja yang mengeluarkan biji, namun tegaknya batang menunjukan biji-biji padi itu tak berisi. Senja mulai menghilang diufuk barat dan menyisakan guratan warna merah memanjang dari utara ke selatan, nampak indah. Suara adzan mulai bersahut sahutan, menggaung dilangit-langit yang sebentar lagi gelap, merayap pada daun-daun padi yang melambai-lambai diterpa angin semilir, melenyapkan suara motor dua tak yang dikendarai oleh para penduduk desa yang baru saja pulang dari bekerja. Sore ini adalah hari pertama memasuki bulan Ramadhan. Masih jelas sekali dibenak Fiko saat awal Ramadhon tahun lalu, Saat itu Fiko sudah memasuki masa-masa akhir perkuliahan, mungkin 3-4 bulan lagi bisa segera mengikuti wisuda, karena Penelitian untuk skripsi sudah sukses ia selesaikan. Impian dan planing besar sudah ia rencanakan dengan matang. ia sudah mendapat penggilan dari beberapa perusahan besar yang ia ajukan surat lamaran pekerjaan. Sembari menunggu wisuda ia berencana untuk membuka sebuah warung HIK sederhana di depan kampus. Atau barangkali bisa mencari tawaran beasiswa ke Jepang, atau Australia mungkin, yang penting keluar negeri. Perusahaan-perusahaan multi Nasional juga tak luput dari incaranya. tapi mungkin agar berkah lebih baik menikah dulu ya "pikirnya".
Diteras rumah yang telah ia tinggali selama 23 tahun ini, Fiko menerawang Planing dan impian-impian besarnya itu. Terkadang pikiranya menolak untuk mengingat kejadian yang seharusnya tidak terjadi, menggeleng-gelengkan kepala dengan cukup cepat barangkali bisa menghilangkan kejadian-kejadian yang tak mengenakan hati itu.
Ternyata sudah satu tahun ya. Fiko teringat bahwa Ramadhan tahun ini semua target-target itu harus sudah terpenuhi.
Namun memasuki hari pertama Ramadhan ini ia masih berdiri ditempat yang sama, masih memandang pemandagan yang sama, dan mungkin belum beranjak dari tempat dimana satu tahun yang lalu ia menggebu-gebu dengan impianya itu. Rencana membuka HIK gagal, modal yang disediakan habis untuk keperluan penelitianya. Panggilan dari berbagai perusahaan besar semua hanya sampai pada tahap wawancara, karena Fiko belum sepenuhnya lulus, Beasiswa ke Jepang bisa ditebak, jangankan beasiswa ke Jepang, Autralia, Belanda, Skripsinya saja belum selesai. Dan semua itu harus Fiko selesaian, tak perlu memasang target, dan tak perlu gelisah dengan pencapaian kawan-kawanya yang telah berada satu langkah didepanya. yang diperlukan hanyalah FOKUS.
.....................................

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kehidupan dalam secangkir kebohongan (belajar buat cerpen)